1 KULTUR ORGANOGENESIS DAUN TEMBAKAU .
I PENDAHULUAN
Tembakau adalah jenis tanaman yang bergenus Nicotiana. Tembakau
merupakan tanaman yang sangat menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari
manfaat tembakau itu sendiri yaitu Tembakau dapat digunakan sebagai
pestisida, tembakau dapat dijadikan obat jika dalam bentuk nikotin
tatrat,dan tembakau dapat sebagai bahan dasar pembuatan
rokok.(Wikipedia, 2011)
Banyaknya
manfaat tembakau, membuat para petani melakukan pembudidayaan tanaman
tembakau salah satunya adalah dengan teknik kultur jaringan. Kultur
jaringan merupakan salah satu cara yang dianggap tepat dalam
pembudidayaan tanaman tembakau . Dengan teknik kultur jaringan maka kita
dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus dan dalam jumlah yang
banyak. Berbeda dengan pembudidayaan tanaman tembakau dengan menggunakan
teknik secara konvevsional atau tradisional.Pada teknik secara
konvensional ini pembudidayaan tanaman tembakau dengan menanaman
tembakau dari penyemaian biji terlebih dahulu sehingga banyak kendala
yang harus dihadapi antara lain rentan terhadap penyakit dan membutuhkan
waktu yang relative lama.(priyono,et al, 2000)
Dalam
kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan teknik
mikropropagansi. Mikropropagansi merupakan suatu penggunaan teknik
kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
kecil dari tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro ( Sisunandar, 2011).Tahapan-tahapan Mikropropagasi menurut George dan sherington 1984 ada tiga cara yaitu
1) multiplikasi tunas dari meristem, pucuk atau aksiler,
2) pembentukan tunas adventif (organogenesis) dan
3) pembentukan Embrio somatik (embriogenesis).
II TINJAUAN PUSTAKA
Mikropropagansi
merupakan suatu penggunaan teknik kultur jaringan untuk perbanyakan
tanaman dengan menggunakan bagian kecil dari tanaman yang ditumbuhkan
secara in vitro ( Sisunandar, 2011).Tahapan-tahapan
Mikropropagasi menurut George dan sherington 1984 ada tiga cara yaitu
multiplikasi tunas dari meristem, pucuk atau aksiler,pembentukan tunas
adventif (organogenesis) dan pembentukan Embrio somatik (embriogenesis).
Menurut Rice et al tahapan mikropropagansi yaitu (a) tahap seleksi dan persiapan tanaman sumber eksplan. (b) inisiasi Tunas, (c) Multifikasi tunas. (d) Pembentukan perakaran dari tunas dan (e) aklimatisasi tunas tanaman.
Pada
tahapan Inisiasi tunas merupakan tahapan menginduksi tunas baik secara
langsung maupun tidak langsung dari eksplan yang ditanaman.Dalam proses
inisiasi tunas ini membentuk tunas-tunas adventif yang disebut dengan
proses organogenesis.
Organogenesis
merupakan proses pembentukan tunas adventif langsung dari jaringan
eksplan seperti akar, pucuk, bunga.Tunas adventif adalah tunas yang
terbentuk dari eksplan pada bagian yang bukan merupakan tempat asal
terbentuknya yaitu bukan dari mata tunas atau pada buku-buku. Pada
organogenesis tunas adventif dapat terbentuk tanpa melalui kalus
terlebih dahulu misalnya langsung tunas atau akar tergantung
konsentarasi ZPT yaitu auksin dan sitokinin.
Auksin
merupakan kelompok zat pengatur tumbuh yang berperan dalam pembentukan
akar ,dan pembesaran sel. Menurut Hidayat, 2007 auksin berperan dalam
mempengaruhi perkembangan dan pembesaran sel, sehingga tekanan dinding
sel terhadap protoplasma berkurang, hal ini mengakibatkan protoplast
dapat mengabsorbsi air di sekitar sel, sehingga sel menjadi panjang
terutama sel-sel di bagian maristem. Di sisi lain NAA dapat juga
mendorong terbentuknya sejumlah sel yang cukup banyak tetapi tidak
membelah, kumpulan dari sel ini yang disebut kalus. Kalus terbentuk
karena terjadinya penumpukan sel-sel yang mengembang akibat dari
masuknya air, unsur hara dan ZPT ke dalam sel, semua bahan tersebut
tidak dapat disebarkan ke seluruh tubuh tanaman seperti akar, batang,
dan daun, sehingga berkumpul di satu titik.
Sitokinin
merupakan kelompok ZPT yang berperan dalam pembentukan tunas. Sitokinin
yang umum digunakan adalah 6-benzil amino purin (BAP), 2-
isopentiliadenin 92ip), zeatin dan kinetin (watimenna, 1988).Menurut
Watimenna sitokinin memiliki peranan dalam
merangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis protein,
sitokinin bekerjasama dengan asam nukleat dalam sel. Adanya sitokinin
pada sekelompok sel akan menyebabkan terjadinya akumulasi asam nukleat
dan asam amino. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya sintesis protein
meningkat. Akibatnya sel tersebut membelah secara cepat. Kondisi ini menyebabkan muncul tunas baru.
Menurut George dan Sherrington, 1984 keseimbangan antara auksin dan sitokinin sangat mempengaruhi dalam keberhasilan kultur pucuk.Konsentrasi sitokinin yang lebih tinggi dibandingkan dengan auksin akan menyebabkan terbentuknya tunas. Namun kondisi yang sebaliknya
akan terbentuk akar, sedangkan dalam kondisi seimbang akan membentuk
kalus. Pemilihan zat pengatur tumbuh yang tepat juga akan berpengaruh dalam keberhasilan induksi tunas.
Selain
zat pengatur tumbuhan,pada organogenesis dapat dipacu oleh adanya
komponen-komponen seperti medium,komponen endogen selama eksplan mulai
dikulturkan dan senyawa- senyawa yang terbawa selama inisiasi ekplan.
III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
- Cawan Petri 2 buah
- Botol kultur 2 buah ( 1 isi Akuades, 1 kosong untuk ytempat alcohol perendam pinset)
- Pinset, scalpel, blade
- Lampu spirtus
- Botol semprot isi allkohol 70 %
- Korek api
- Kapas
- Medium tembakau ( sepuluh macam)
- Laminar Air flow
- Kultur tenbakau
Catatan
- Semua alat dan bahan disiapkan untuk setiap orang
- No 1-5 didetrilkan dengan autoklaf
B. CARA KERJA
- Mengambil daun tembakau, dan memotong daun tersebut berukuran sekitar 3 x 3 cm kemudian mensterilkan dengan menggunakan larutan kalsium hipoklorida 1,75% selama 15 menit.
- Memotong –motong daun tembakau steril dengan ukuran sekitar 1 cm2
- Meletakkan eksplan tersebut ke medium organogenesis dengan setiap botol di tanami 2 daun,catatan: cara meletakan eksplan dalam kondisi terbalik yaitu bagian atas daun di letakan di sisisi bawah (menempel pada medium)
- Memelihara kultur di ruang kultur dengan suhu ruang 23-26 o C dan pencahayaan terus menerus
- Mengamati kultur tiap 2 hari sekali selama 4 minggu, mengamati pertumbuhan kalus, pucuk, dan akar setiap minggu dan mencatat hasilnya dalam tabel pengamatan
Catatan :
- Semua pekerjaan dilakukan secara steril
- Seterilisasi daun tembakau dilakukan dengan cara mencuci bersih daun tembakau, kemudian direndam dalam alkohol selama 5 menit, setelah alkohol dibuang diganti dengan larutan kaprot (kalsium Klorida) 5 % selama 15 menit.
Komposisi Medium
Kultur Embryogenesis Tembakau
500 ml Media
No
|
STOK
|
Jumlah (ml)
| ||||
B0N0
|
B0N7
|
B57N0
|
B57N7
|
B6N0
| ||
1
|
A
|
25
|
25
|
25
|
25
|
25
|
2
|
B
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
3
|
C
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
4
|
D
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
NAA 10-5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
0
|
6
|
BAP 10-4
|
0
|
0
|
2,5
|
2,5
|
5
|
7
|
SUKROSA
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
8
|
AQUADES
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
9
|
PH
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
10
|
AGAR
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
No
|
STOK
|
Jumlah (ml)
| ||||
B6N7
|
B56N0
|
B56N7
|
B5N0
|
B5N7
| ||
1
|
A
|
25
|
25
|
25
|
25
|
25
|
2
|
B
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
3
|
C
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
4
|
D
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
NAA 10-5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
6
|
BAP 10-4
|
5
|
2,5
|
2,5
|
5
|
5
|
7
|
SUKROSA
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
8
|
AQUADES
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
9
|
PH
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
10
|
AGAR
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. .HASIL PRAKTIKUM.
No
|
Kultur media
|
MINGGU 1
|
MINGGU 2
|
MINGGU 3
|
MINGGU 4
|
MINGGU 5
|
MINGGU 6
|
MINGGU 7
|
1
|
B0N0
|
D
|
D
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
B0N7
|
E
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
B6N0
|
B
|
B
|
B
|
B++AC
|
E
|
-
|
-
|
4
|
B6N7
|
B
|
B
|
B+
|
B++C
|
B++AC
|
B+++AC
|
B+++AC
|
5
|
B5N0
|
E
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
B5N7
|
E
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
B56N0
|
B
|
B
|
B+
|
B++C
|
B++C
|
B++AC
|
B+++AC
|
8
|
B56N7
|
B
|
B
|
B+
|
E
|
-
|
-
|
-
|
9
|
B57N0
|
D
|
E
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
B57N7
|
E
|
E
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
ULANGAN tanggal 5 mei 2011
No
|
Kultur media
|
MINGGU I
|
1
|
B0N0
|
C
|
2
|
B0N7
|
C
|
3
|
B6N0
|
C
|
4
|
B5N0
|
C
|
5
|
B5N7
|
C
|
6
|
B56N7
|
C
|
7
|
B57N0
|
C
|
8
|
B57N7
|
C
|
Keterangan: A= Akar
B= Tunas B+ / B++ = tunas banyak
C= kalus
D= Hidup tapi tidak tumbuh
E= Kontaminasi jamur
F= Kontaminasi bakteri
GAMBAR KULTUR ORGANOGENESIS DAUN TEMBAKAU.
1.Kultur yang berhasil
2.kultur yang terkotaminasi

B.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu berjudul “organogenesis Tembakau”. Organogenesis merupakan
proses pembentukan tunas adventif langsung dari jaringan eksplan
seperti akar, pucuk, bunga.Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu
pada organogenesis tembakau, saya menanam ekplan daun tembakau sebanyak
10 media kultur setiap media berisi 2 ekplan daun tembakau dan setiap
media memiliki rasio konsentrasi NAA dan BAP yang berbeda.
Perbedaan
rasio konsentrasi BAP dan NAA ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
zat pengatur tumbuh dalam kultur daun tembakau.Pada praktikum
organogenesis ini ada 10 macam rasio konsentrasi NAA dan BAP pada media
yaitu antara lain: B0N0, B0N7, B6N0, B6N7, B5N0, B5N7, B56N0, B56N7,
B57N0, B57N7. Pada lambang huruf N menunjukan NAA dan B menunjukan BAP
sedangkan lambang angka menunjukan konsentrasi baik NAA dan BAP.
Pada
minggu pertama setelah penanaman eksplan pada kultur didapat hasil
berikut: pada media B0N0 eksplan hidup namun tidak tumbuh ,pada media
B0N7 ekplan terkontaminasi jamur, pada media B6N0 ekplan tumbuh tunas ,
pada media B6N7 tumbuh tunas, pada media B5N0 ekplan terkontaminasi
jamur, pada media B5N7 eksplan terkontaminasi jamur, pada media B56N0
tumbuh tunas, pada media B56N7 tumbuh tunas , pada media B57N0 eksplan
hidup tapi tidak tumbuh , pada media B57N7 ekplan terkontaminasi jamur.
Pada
minggu kedua mendapat hasil yang sama hanya pada media B57N0 ekplan
terkontaminasi jamur, pada minggu ketiga ekplan pada media B0N0 telah
mati sedangkan pada media B6N0 masih tumbuh tunas ,dan pada media B6N7,
B56N0,serta B56N7 tunas semakin banyak. Pada minggu ke empat pada media
B56N7 ekplan terkontaminasi jamur sedangkan pada media B6N0 tumbuh
tunas banyak, akar dan kalus, pada media B6N7 tumbuh tunas banyak dan
kalus, pada media B56N0 tumbuh tunas banyak dan kalus.
Pada
minggu ke lima media B6N0 terkontaminasi jamur sedangkan pada media
B6N7 tumbuh tunas yang semakin banyak dan keluar akar dan kalus, pada
media B56N0 masih seperti minggu ke empat.Pada minggu ke enam dan
ketujuh pada media B6N7 dan B56N0 masih seperti minggu keempat tumbuh
akar, kalus namun tunas semakin banyak.
Dari
hasil diatas menunjukan bahwa perbandingan konsentrasi NAA dan BAP yang
diberikan pada media sangat berpengaruh pada pertumbuhan eksplan.
Berdasarkan
teori apabila perbandingan antara konsentrasi NAA > dari BAP maka
ekplan akan tumbuh akar sedangakan apabila konsentrasi < dari BAP
maka akan tumbuh tunas dan apabila konsentrasi NAA = BAP maka akan
tumbuh kalus.(Sisunandar,phD.2011)
Teori
ini sesuai dengan hasil pada praktikum bahwa pada media B6N0, B6N7,
B56N0, B56N7, tumbuh kalus karena konsentrasi NAA< dari BAP.Adapun
tumbuhnya akar dan kalus pada media B6N0 , B6N7 dan B56N0 ini karena
adanya pengaruh hormon auksin serta sitokinin didalam media.Kemudian
untuk mendapat hasil yang lebih baik lagi maka pada tanggal 15 Mei
dilakukan pengulangan penanaman organogenesis daun tembakau. Daun
tembakau yang di ulang yaitu ada 8 media yang pada awal praktikum
terkontaminasi, namun setelah dilakukan pengulangan mendapatkan hasil
yang tidak memuaskan daun tembakau yang di kulturkan pada minggu pertama
semuanya mengalami kontaminasi jamur.
Terjadinya
kontaminasi jamur dapat diakibatkan karena faktor media, faktor eksplan
dan lama sterilisasi ekplan yang kurang maksimal. Namun faktor ini
berlaku sanpai minggu ke empat sesudah penanaman pada media sedangkan
pada minggu ke lima dan seterusnya terjadinya kontaminasi dikarenakan
oleh faktor dalam tumbuhan itu sendiri.(Sisunandar, 2011).
V. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penambahan ZPT dalam media akan mempengaruhi pertumbuhan eksplan.
2. Parbedaan rasio konsentrasi zat pengatur tumbuh akan mempengaruhi variasi hasil kultur.
3. Apabila
perbandingan antara konsentrasi NAA > dari BAP maka ekplan akan
tumbuh akar sedangakan apabila konsentrasi < dari BAP maka akan
tumbuh tunas dan apabila konsentrasi NAA = BAP maka akan tumbuh kalus.
4. Faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur adalah
· Faktor eksplan
· Faktor media dan
· Faktor lamanya sterilisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tanggal 23 juni 2011 pukul 19:00
Herdaryono DPS & Wijayani A. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. Yogyakarta: Kanisius.
Katuuk JRP. 1998. Teknik Kultur Jaringan dalam Mikropropogasi Tanaman. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wattimena G.A 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: Pusat antar Universitas IPB.